Senin, 29 Juni 2009

Gaji Papa Berapa?

Sebuah cerita yang saya dapat dari milist e42 (e42@yahoogroups.com), Ya Allah, semoga putri/putraku nanti bisa mengingatkanku sedimikian rupa.....

****

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka

di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya,

Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu

untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika

ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku

nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam

dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa

dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara

Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak

menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo

satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa

digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew

Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,

Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam

begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan

Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di

kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang

terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,

"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang

malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.

5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew.

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau

sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga

puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.

Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada

Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka

setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku

kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu

erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan

harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan

anaknya. Apakah kebahagiaan itu bisa di beli?